Masalah lingkungan di Indonesia sangat
beragam, efek yang dihasilkan juga demikian. Salah satu masalah yang cukup
banyak di perbincangkan sejak beberapa tahun yang lalu yaitu masalah lingkungan
yang terkait dengan polusi, khusunya polusi udara. Polusi udara di hasilkan
dari pabrik-pabrik dan penggunaan kendaraan bermotor, baik itu sepeda motor,
mobil, dan alat transportasi lainnya. Di Indonesia sendiri penggunaan alat
transportasi berupa sepeda motor dan mobil masih menempati urutan tertinggi
dibanding alat transportasi lainnya. Hal ini juga memicu timbulnya masalah
kemacetan, tidak hanya di kota-kota besar, di pedesaanpun kadang demikian.
(Ilustrasi: Tingginya Penggunaan Alat Transportasi Pribadi di Indonesia, Sumber Foto: Beritadaerah.co.id)
Jumlah penduduk yang semakin
meningkat, jarak tempuh yang cukup jauh, ditambah lagi menghindari panas akibat
kemacetan memaksa masyarakat untuk memiliki alat transportasi pribadi. Padahal
jika dikaji, penambahan alat transportasi yang digunakan bukan menyelesaikan
masalah kemacetan, melainkan memperparah. Mindset
masyarakat Indonesia mengenai alat
transportasi masih sangat berbeda dibanding negara-negara maju. Jika kita
bandingkan, di negara-negara maju sendiri masyarakat lebih memillih untuk
berjalan kaki atau menggunakan kendaraan umum dibandingkan menggunakan
transportasi pribadi.
Menilik data dari Badan Pusat
Statistik yang dikeluarkan oleh Kantor Kepolisian Republik Indonesia tercatat
pada tahun 2013 penggunaan alat transportasi yang masih aktif beroperasi sebanyak
104.118.969, naik 11% dari tahun sebelumnya (2012) yang cuma 94,299 juta
unit. sedangkan
jumlah penduduk Indonesia sendiri, ± 254,9 juta jiwa.
"Dari jumlah itu, populasi terbanyak masih
disumbang oleh sepeda motor dengan jumlah 86,253 juta unit di seluruh
Indonesia, naik 11 persen dari tahun sebelumnya 77,755 juta unit," urai
Kepala Korps Lalu Lintas Kepolisian Negara Republik Indonesia Inspektur
Jenderal (Pol) Pudji Hartanto, di Sunter, Jakarta Utara.
Keadaan
ini turut menyumbangkan masalah bagi Indonesia, terutama yang berkaitan dengan
lingkungan, polusi contohnya. Masalah polusi memberikan dampak yang cukup
signifikan, banyaknya zat kimia seperti karbonmonoksida (CO), karbondioksida
(CO2), dan masih banyak yang lainnya tidak mampu diterima oleh
tubuh. Sementara itu, seperti yang kita tahu untuk mengubah zat kimia menjadi oksigen dibutuhkan
tanaman hijau serta matahari, namun sayangnya banyaknya penebangan liar terjadi
dimana-mana yang dilakukan oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab menyebabkan
Indonesia kehilangan sebagian besar mesin alami penghasil oksigen. Jika tidak
ditangani dengan baik bisa jadi beberapa tahun kedepan oksigen yang merupakan
kebutuhan mutlak manusia diperjual belikan dengan harga yang cukup mahal.
Sebenarnya Indonesia sendiri bisa
mengaplikasikan kesuksesan negara-negara maju dalam menangani masalah polusi,
hanya saja butuh mengubah mindset masyarakat itu sendiri. Dengan mengubah mindset masyarakat, rasanya bukan tidak mungkin polusi
akibat kendaraan bermotor dapat diturunkan perlahan. Pemerintah sendiri sebenarnya
telah menyediakan kendaraan umum dengan tarif terjangkau guna meningkatkan
minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum. Namun hal ini banyak
menimbulkan pro dan kontra antara masyarakat umum dengan para pekerja angkutan
umum milik pribadi. Sedikitnya minat masyarakat menggunakan angkutan umum
sangat disayangkan, padahal keuntungan yang dihasilkan sangat bermanfaat bagi
lingkungan.
Untuk menangani masalah ini, perlu
adanya kebijakan yang mengatur penggunaan alat transportasi milik pribadi yang
sifatnya menghasilkan zat polutan. Untuk saat ini tentunya sulit rasanya membatasi
pembelian alat transportasi pribadi, tapi hal ini bisa diakali dengan menerapkan kebijakan-kebijakan tertentu, seperti
menerapkan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau car free day misalnya. HBKB sendiri merupakan suatu kebijakan yang
dibuat untuk menurunkan ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor.
Namun sayangnya, HBKB ini belum sepenuhnya maksimal, kenapa demikian?, HBKB
atau car free day yang kita lihat
hanya berlangsung beberapa jam, biasanya dari pagi hari hingga siang hari dan
itu biasanya diadakan hanya pada hari minggu saja. Sangat disayangkan bukan?,
seharusnya HBKB ini berlangsung dalam rentang satu hari full, karena jika dilihat dari kata “hari bebas kendaraan
bermotor”, berarti hal ini mengacu untuk dilakukan dalam satu hari, bukan
setengah hari. Dan juga jika HBKB dilakukan lebih
dari satu hari, rasanya bukan sesuatu hal yang sulit dilakukan. Penggunaan
kendaraan bermotor bisa dialihkan dengan penggunaan sepeda atau berjalan kaki.
Jika jarak tempuh yang dilalui cukup jauh, masyarakat bisa menggunakan alat
transportasi umum yang disediakan oleh pemerintah.
(Ilustrasi: Pemimpin Dituntut Untuk Memberikan Contoh, Sumber Foto: Merdeka.com)
Namun perlu diperhatikan juga, jika
masyarakat cenderung melakukan tindakan bercermin pada pemimpinnya, jika
pemimpin hanya sibuk mengkampanyekan tanpa adanya contoh yang bisa diterapkan
sama saja dengan nol. Mindset dan
perilaku masyarakat tidak akan pernah berubah, keadaan akan berlanjut sepanjang
waktu berjalan. Pemerintah juga perlu menjadi Role model sebagai bukti nyata jika sebuah solusi perlu ada
penerapan. Sebagai contoh nyata para pemimpin kita hendaknya ikut menggunakan
alat transportasi umum kemanapun tujunnya, dengan begitu masyarakat akan
berpikir “Jika pemerintah atau pemimpin menerapkan penggunaan alat transportsi
umum, kenapa masyarakat biasa tidak?”. Hal sesederhana ini diharapkan mampu
membawa perubahan pada mindset masyarakat
masa kini. Jika masyarakat sudah sadar, secara otomatis penggunaan transportasi
pribadi akan berkurang demikian pula dengan zat polutan. Perubahan bukan hal
yang terjadi secara instan, namun perlu dilakukan dan diterapkan secara
berulang-ulang. Dengan meningkatkan kesadaran diri masyarakat, masalah polusi
khusunya di Indonesia bisa ditekan.
Ditulis oleh: Rohama Ubaydillah
bener banget min, CFD skrg lebih dijadkan sbagai tempat rekreasi. ketika satu jalur di tutup utk area CFD, toh kendaraan masih bsa melwati jalur lain.
ReplyDelete